Para santri Ponpes Ibnu Ali sedang membaca alquranJawaPos.com- Dua hal itu yang disadari penuh oleh Kiai Haji Mudawi Ma’arif LC MHI Al Hafidz, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Ibnu Ali yang mendapatkan gelar kependidikannya dari Universitas Damaskus, Syria. Ponpes yang berdiri sejak 2003 tersebut sudah memiliki tiga cabang asrama putra di Krian, Cemengkalang, dan Waru. Sementara itu, satu asrama putri terletak di Wisma Tropodo, Waru.
’’Sebenarnya, Kiai Mudawi sudah punya banyak murid di Kwangsan dulu, lalu mendirikan di sini,’’ ungkap Ilvi Nur Faizatul Fanjah, 21, pengurus asrama putri Ponpes Ibnu Ali.
Pengasuh yang juga sudah mendapatkan gelar ahli hadis itu mengimplementasikan hafalan Alquran sebagai prioritas utama keahlian para santrinya. Menurut Ilvi, Kiai Mudawi lah yang rutin memberikan kajian selepas subuh kepada para santrinya tentang kajian kitab. ’’Biasanya, beliau juga siaran di Sam Radio untuk membimbing ibu-ibu penghafal Alquran,’’ katanya yang sudah hafal 30 juz Alquran tersebut.
Salah satu keunikan ponpes itu, pola pembelajaran yang sangat disiplin, tetapi toleran. Dengan total 150 santri, yakni 50 santriwati bermukim di asrama putri, 12 pengurus dipercaya mengayomi para santriwati. Tidak ada aliran tertentu yang diterapkan dalam ponpes tersebut.
Dalam ponpes yang justru sebagian besar santrinya datang dari luar pulau itu, terdapat anak-anak dari keluarga NU, Muhammadiyah, hingga PKS. ’’Alhamdulillah, semuanya rukun,’’ ujar Ilvi. ’’Kiai Mudawi sangat mengajarkan toleransi kepada kami. Kalau ada perbedaan, beliau akan memberikan penjelasan untuk menengahi,’’ imbuhnya.
Sisi kedisiplinan juga kentara dalam ponpes tersebut. Berbagai peraturan yang menata hidup para santriwati terpajang di papan peraturan, tepat setelah pintu masuk ruang tamu menuju aula. Dari situ, terlihat banyak sanksi sesuai pelanggaran yang dibuat. Misalnya, denda Rp 10 ribu bagi yang melanggar kawasan wajib berjilbab.
Hal itu diberlakukan bukan tanpa sebab. Istri kiai yang juga seorang sarjana psikologi, Muntatsiroh Hania, turut memberikan penerapan pembelajaran psikis dan kajian sirah nabawiyah. ’’Seimbang. Ada sanksi. Ada reward juga,” ucap Ilvi, lalu menjelaskan hadiah apa saja yang didapat para santri jika berprestasi.
Selain peraturan dalam berperilaku, jadwal menghafalkan dan setoran hafalan Alquran atau muraja’ah ketat. Dalam satu hari, targetnya, para santri dan santriwati adalah menghafalkan satu halaman Alquran. ’’Satu hari, satu halaman. Jadi satu bulan, satu juz targetnya,’’ tuturnya.
Selepas subuh, sesudah duha, dan setelah asar merupakan jadwal harian setoran hafalan. Pihak ponpes memprediksi para santrinya jadi penghafal Alquran atau hafiz dan hafizah dalam kurun waktu dua tahun.
Salah seorang santriwati yang sudah diwisuda setelah berhasil menghafalkan keseluruhan Alquran adalah Hilwa Sabrina, 14, yang hanya memerlukan waktu satu tahun untuk berhasil meraih sertifikat tahfiz putri.
’’Awalnya menangis ketika menemukan surah yang sulit,’’ ungkap gadis berkulit putih tersebut. Salah satu yang terus jadi motivasinya mengahafal, keinginannya menuruti nasihat ayahnya. ’’Abi (ayah, Red) bilang penghafal Alquran punya keistimewaan yang luar biasa,” jelasnya. (via/c20/tia)Pondok Pesantren Ibnu Alipondok Pesantren Tafidzul Quran Ibnu Ali memang berfokus mencetak para hafidz dan hafidzah. Agenda hafalan dan muraja’ah merupakan rutinitas wajib bagi para santri dan santriwati.
Namun, tidak melulu dipersiapkan untuk menjadi generasi penghafal Alquran, mereka juga diperkaya ilmu keseharian seperti berdagang dan kepemimpinan.
Sistem keuangan utama yang diterapkan dalam ponpes itu adalah subsidi silang. Sejak awal penerimaan para santri, orang tua diberi pengertian akan sistem tersebut sehingga transparan.
Menurut Ilvi, semua konsekuensi ketika putra putri mereka dititipkan di sini sudah dijelaskan. ’’Ya soal pembayaran, kegiatan, dan pembelajaran,’’ jelasnya.
Ketika membayar, biaya yang dikenakan untuk setiap anak berbeda. Bergantung kemampuan finansial orang tua yang bersangkutan. Di sinilah subsidi dijalankan.
Mereka yang lebih mampu akan membayar lebih banyak. Bahkan, mereka yang yatim piatu pun tidak dikenai biaya sama sekali. ’’Insya Allah seluruh orang tua mendukung sistem ini,’’ tegas Ilvi.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengelola keuangan sekaligus memberikan pelajaran kewirausahaan pada para santri adalah membangun sebuah koperasi.
Koperasi yang berada tepat di samping asrama putri itu menjual berbagai barang dan kebutuhan sehari-hari.
Para santri ikut andil dalam pengelolaan koperasi tersebut sehingga mereka bisa belajar ilmu-ilmu berdagang.
Untuk urusan sekolah umum, Ponpes Ibnu Ali lebih memilih program homeschooling bagi para santrinya.
Salah satu alasannya, menjadi tingkat konsentrasi para santri dan santriwati ketika menghafal Alquran.
Ilvi memaparkan, ’’Proses menghafal Alquran itu membutuhkan konsentrasi tinggi. Jadi, gangguan apa pun kami minimalkan.’’
Homeschooling dilaksanakan dua atau tiga kali dalam seminggu. Beberapa guru privat dipanggil untuk memenuhi asupan pengetahuan umum para santriwati.
Semua pelajaran sebagaimana di sekolah umum diajarkan. Menurut para pengurus pondok, hingga kini belum ada santri atau santriwati mereka yang ketinggalan ujian nasional.
’’Barusan ini ambil paket B sama wisuda hafidzah,’’ kata Hilwa Sabrina. Nilai-nilai kepemimpinan pun diselipkan dalam agenda kegiatan rutin Ponpes. Salah satunya melalui outbound.
Kegiatan yang biasanya dilaksanakan saat libur semester itu memang khusus ditujukan untuk mengapresiasi usaha para santri dalam menghafal Alquran.
Mereka yang berprestasi akan diberi reward tambahan. ’’Biasanya ada yang juara lomba MTQ,’’ tutur Ilvi sambil menunjuk salah satu santriwati yang tengah membaca Alquran dengan khusyuk.
’’Refreshing memang penting untuk menghilangkan stres anak-anak,’’ tambahnya. (via/c15/tia/sep/JPG)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENERIMAAN SANTRI BARU